PELKESI Melakukan Layanan Kesehatan dengan Protokol Kesehatan Ketat di Mamuju
Rumah Kita:Mamuju/16/2/2021 Gempa sekuat 6.2 SR yang mengguncang Majene dan Mamuju pada 15 Januari 2021 telah merubah wajah kabupaten yang s...

Gempa sekuat 6.2 SR yang
mengguncang Majene dan Mamuju pada 15 Januari 2021 telah merubah wajah
kabupaten yang sarat dengan pesisir dan pengunungan ini. Tercatat 95 jiwa di Mamuju dan 10 jiwa di
Majene meninggal dan 89.000 lebih mengungsi akibat gempa (Data Satgas Penanggulangan
Bencana Alam Sulawesi Barat, per 18 Januari 2021).
Persekutuan Pelayanan Kristen
untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) merespon bencana dengan mendatangkan tim
tenaga medis untuk melakukan layanan kesehatan bagi masyarakat terdampak
bencana. Bekerjasama dengan RS Banua Mamase dan Sinode Gereja Kristen Sulawesi
Barat, PELKESI menjalankan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan bagi penyintas
sejak 18 Januari 2021.
Gambar: Tim Medis PELKESI melakukan layanan Medis di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III,Mamuju. Dokumen PELKESI. |
Melakukan layanan kesehatan pasca
bencana alam di tengah pandemi Covid-19 tentu menuntut tata laksana berbeda. “Seluruh
tim menyadari tantangan melakukan layanan kesehatan di pengungsian dan
komunitas terdampak di tengah pandemi. Untuk itu PELKESI mewajibkan seluruh tim
tertib mematuhi protokol kesehatan secara ketat saat melaksanakan layanan dengan
mengenakan Alat Pelindung Diri (APD )Level 2 untuk melindungi tim medis
sekaligus pasien dan penyintas dari paparan Covid-19 ,” terang Dina, juru
bicara PELKESI di Mamuju. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini diterapkan seiring
dengan meningkatnya kasus penyebaran Covid-19 di Mamuju pasca gempa.
Layanan Kesehatan oleh PELKESI berupa
Klinik Bergerak (mobile clinic) akan
diikuti dengan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi perempuan usia produktif
serta pendampingan Psikososial bagi kelompok rentan di Mamuju. Hingga 16
Februari 2021, tercatat 800 pasien telah dilayani oleh PELKESI di Mamuju. *red.