TERIAK SUNYI PETANI SIGI
Rumah Kita, 1 November 2019 Pagi itu aku bangun lalu mulai menyiapkan barang daganganku yang adalah hasil dari yang kutanam dan kurawa...

http://www.pokja-rumahkita.id/2019/10/teriak-sunyi-petani-sigi.html
Rumah Kita, 1 November 2019
daganganku dari mobil, kabarnya mereka
tertelan likuefaksi persis sebelum mereka tuntaskan solat maghrib saat itu.
Pagi itu aku bangun
lalu mulai menyiapkan barang daganganku yang adalah hasil dari yang kutanam dan
kurawat sendiri untuk kehidupan keluargaku. Masih kuingat itulah hari normal
bagiku sebelum gempa.
Namun keadaan berubah,
sesudah gempa terjadi, akan kujelaskan padamu hidupku sekarang. Gempa di hari
naas itu menjungkirbalikkan irigasi di sawah dan ladangku. Itu berarti gempa
juga menerjang kehidupanku secara menyeluruh. Tidak tanggung-tanggung bahkan
kini gempa dan ketidaktahuan kami membuatku harus tinggal di hunian sementara yang jauh dari nyaman.
![]() |
Jagung di sebuah ladang di Simoro dokumen pribadi penulis. |
Sawahku sudah tidak
ditumbuhi padi, sayur,rica dan singkong lagi. Tanahnya kering memutih batu.
Hujan. Entah kami harus mendoakannya datang sehingga ladangku bisa mandi atau
harus berdoa hujan menahan diri agar huntaraku yang sanitasinya buruk ini tidak
semakin busuk.
Aku bukan lagi petani
yang dengan bangga menabur benih atau menyebarkan bibit tanamanku, bukan pula
pedagang bermartabat yang mengais rejeki dari tanaman, daganganku sendiri.
Sebulan setelah gempa
kukunjugi pasar, tteapi tak juga kutemukan sahabat-sahabatku lagi. Penjual ikan
yang gemuk itu telah kembali ke Makasar, pedagang sayur nangka tidak ada
kabarnya, sementara penjual beras kini mengaku kesulitan mendapat beras sebab
irigasi dan jalanpun rusak. Yang paling memilukan hatiku adalah tukang angkut
dari Jono Oge yang biasa mengangkat
Orang entah darimana
silih berganti bertanya dan mencatati, ada banyak yang beri bantuan materi dan
non materi, tapi aku hanya butuh irigasiku cepat diperbaiki, agar aku kembali
menanam. Dengan menanam aku akan makan dan berdagang, dengan berdagang akan
kubangun kembali rumahku, kemudian aku akan bisa merasa manusia merdeka.
Siapakah yang punya
telinga untuk mendengar? Siapakah yang cukup berani bersuara dan berteriak
untukku dan ribuan lainnya? Staf LSM? Paling juga mereka sibuk memikirkan
kontrak kerja mereka yang segera habis bulan depan. Pemerintah? Aku enggan
memaparkannya di sini…
Dina Mariana Lumban Tobing.