#Delete Stigma, LGBTI Bukan Penyakit!
Rumah Kita, 22 Mei 2019 Happy IDAHOT atau IDAHOBIT 2019! Mungkin banyak has h tag atau status terkait kalimat diatas bertebaran di...

http://www.pokja-rumahkita.id/2019/05/happy-idahot-atau-idahobit-2019.html
Rumah Kita, 22 Mei 2019
Happy IDAHOT atau IDAHOBIT 2019!
Mungkin
banyak hashtag atau status terkait kalimat diatas
bertebaran di lini media sosialmu.
Kira-kira kamu tau nggak itu apa?
Iya...
IDAHOT itu adalah
singkatan dari International Day
Against Homophobia,Biphobia, and Transphobia.
Perayaan IDAHOT sendiri diputuskan pada Konferensi Internasional Montreal-Kanada pada tahun 2006.
Tanggal 17 Mei ditetapkan sebagai tanggal perayaannya. Tepatnya 17 Mei 1990, WHO memutuskan bahwa
Homoseksual-Transgender bukan penyakit atau gangguan kejiwaan.
Sudah
29 tahun lalu. Ibarat seorang manusia, ia
sudah pada tahap dewasa. Menggunakan daya pikiran secara dasar, bisa memilah dengan akal sehat dan mampu menjalankan
fungsi sosialnya. Bukan waktu yang singkat. Di Indonesia sendiri sejak tahun
1993, 3 tahun setelah Konferensi Montreal-Kanada itu, negara kita tercinta ini sudah menyatakan bahwa homophobia bukan termasuk penyakit gangguan jiwa.
Tapi
melihat masih ada saja orang yang menyatakan LBGTI adalah penyakit sesungguhnya
menyedihkan.
Mungkin
kamu pernah
atau bisa jadi sering baca atau
dengar komentar orang yang bilang bahwa homoseksual itu adalah penyakit setelah
29 tahun ini . Harus disembuhkan tapi tak menawarkan obat. Walau rada ironi
karena WHO saja sudah mengeluarkan homoseksual dari salah satu jenis penyakit.
Ya, berarti nggak
butuh obat, yess???
Ada lagi kelompok lain yang bukan hanya berkomentar negatif atau penuh kebencian. Ada yang
bersikap tidak empati. Merendahkan atau menjauhi mereka yang berorientasi non-hetero. Dengan ketakutan akan
tertular bakalan jadi homo. Nah, kan jadi homophobik. Lantas, kan jadi sakit dong!
Melihat
arti Phobia itu sendiri merupakan rasa takut berlebihan terhadap sesuatu.
Phobia akan sesuatu bisa timbul saat berhadapan
dengan situasi tertentu. Dampaknya bisa mulai dari panik,depresi atau membatasi
kegiatan.
Pastinya ini merugikan diri sendiri dan juga mereka yang LGBT.
Misalnya, kenalan dengan seseorang, eh ternyata orientasinya non-hetero.
Kaget dan memutuskan untuk menjauhkan diri. Seharusnya bisa jadi teman ini
malah kehilangan teman. Teman sekerja ada yang non-hetero takut, nggak nyaman, pindah kerja, eeeeh jadi pengangguran!
Lagi lapar,nih!
Wah
ada yang punya makanan dan dia non-hetero. Mending
kelaparan atau kehausan karena stigma penyakit dan bisa menular? Rugi!
Lama-lama ditumpuk jadi buat keresahaan. Tebar kebencian. Jadi pelaku
kejahatan dan nggak
segan-segan berkoar-koar untuk membunuh.
Jadi yang butuh pertolongan untuk disembuhkan ini
siapa?
Ditulis oleh Novi Septiana Pasaribu, Medan.