Konsultasi Wilayah I Sumatera Utara-Nanggroe Aceh Darussalam; Situasi Ekologi dan Ekosistem di Sumatera Utara dan Peran Mahasiswa Kristen
Rumah Kita, 9 Juni 2018 Konsultasi Wilayah I Sumatera Utara-Nanggroe Aceh Darussalam; Situasi Ekologi dan Ekosistem di Sumatera Utara da...

http://www.pokja-rumahkita.id/2018/06/konsultasi-wilayah-i-sumatera-utara.html
Rumah Kita, 9 Juni 2018
Konsultasi Wilayah I
Sumatera Utara-Nanggroe Aceh Darussalam; Situasi Ekologi dan Ekosistem di
Sumatera Utara dan Peran Mahasiswa Kristen
Oleh : Dina Mariana
Lumban Tobing
![]() |
Prof.Ternala Barus dan Ir. Jannes Hutahaean bicara realitas ekologi dan ekosisten di Sumut Pada Konsultasi Wilayah GMKI SUMUT-NAD (6/6/201) |
Rabu, 6 Juni 2018 suasana Aula Hotel Sapadia, Parapat terlihat lebih
sibuk daripada hari-hari sebelumnya. Hari itu adalah hari kedua pelaksanaan
Konsultasi Wilayah Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Sumatera Utara dan
Nanggroe Aceh Darussalam (Konswil GMKI SUMUT-NAD). Perhelatan akbar ini adalah
agenda wajib bagi organisasi Mahasiswa Kristen
Indonesia yang sudah dibentuk sejak
2 Februari 1950 yang silam oleh pemuda-pemuda Kristen yang gelisah akan
realitas sosial masyarakat pada saat itu dan menyadari tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pemuda Kristen yang terpelajar.
Pertemuan anggota GMKI se Sumatera Utara dan Nangroe Aceh
Darussalam ini dipandang sebagai momentum yang sangat tepat oleh Persekutuan
Diakonia Pelangi Kasih untuk
menyebarluaskan kondisi terkini dari warga yang tinggal di wilayah konsesi
perusahaan tambang yaitu PT. Dairi Prima Mineral di Parongil, Dairi kepada
peserta konsultasi wilayah yang sejatinya adalah salah satu wadah yang bertugas
untuk membahas permasalahan lokal di masing-masing lokasi Cabang berada.
Persekutuan Diakonia Pelangi Kasih yang diminta sebagai narasumber menyangkut permasalahan realitas ekologi dan
ekosistem di Sumatera Utara memaparkan dasar pemikiran dengan pendekatan
theologi keutuhan ciptaan hidup terhadap penolakan perusahaan ekstraktif yang
sudah terbukti di berbagai daerah di Indonesia justru menjadi pemicu
konflik ekologi dan sosial ekonomi
masyarakat yang tinggal di daerah tambang, seperti Sidoarjo yang mana lumpur
Lapindo telah mengubah wajah pemukiman menjadi gunungan lumpur panas dan
mengorbankan masyarakat.
Jannes Hutahaean (staff Advokasi di PDPK Parongil)
menyampaikan bahwa sebagai pemuda terdidik yang dibekali dengan nilai-nilai
Kekristenan sepantasnya membuka diri dan berinteraksi langsung dengan rakyat
yang posisinya dalam ekonomi kapitalisme sangat riskan. Informasi diberikannya
ijin produksi kepada PT. Dairi Prima Mineral oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan pada Desember 2017 lalu pantas menjadi
perhatian seluruh mahasiswa di Sumuatera
Utara khususnya GMKI. Sebab berdamai dengan seluruh ciptaan juga bermakna bahwa
kita harus siap memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup di wilayah konsesi
tambang dan terutama keberlanjutan hidup penduduk di Kabupaten Dairi.
Kaum terpelajar Kristen di Sumatera Utara disarankan membaca
dan mendiskusikan fakta-fakta yang di lapangan yang sudah dirangkum oleh
Persekutuan Diakonia Pelangi Kasih bersama 13 kelompok Perempuan di 11 Desa
dampingan PDPK yang disebut sebagai
Kertas Posisi:Menyelamatkan Hutan Dairi yang diterbitkan tahun 2017 dan sudah
disebar juga kepada Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Masa
Bakti 2016-2018.
“Dengan diskusi tentang realitas ekologi dan ekosistem di
sumut secara khusus di lokasi tambang PT.DPM diharapkan anggota GMKI menjadi
rekan seperjuangan bagi warga yang masih
berjuang menolak kehadiran tambang ini karena kemungkinan kerusakan alam dan
sumber kehidupan mereka sangat besar.
Seperti Yesus yang tergerak hatiNya oleh kasih sehingga memperjuangkan
keadilan bagi rakyat kecil yang tertindas, sudah selayaknyalah pemuda Kristen
kita meneladani sikap Yesus dan
mengambil tindakan dengan segera dan berkelanjutan”, pungkas Ir. Jannes
Hutahaean mengakhiri pemaparannya di aula Sapadia Hotel, Parapat.
Selain Jannes Hutahaean, Profesor Ternala Barus, Msc selaku akademisi di Universitas
Sumatera Utara juga menekankan pentingnya keterbukaan informasi dan
pengedepanan komunikasi setara antara
pemerintah, pemodal dan rakyat setempat sebelum eksploitasi terhadap Sumber Daya
Alam dilakukan sehingga pemerintah jangan sampai abai pada rasa keadilan yang
juga dimiliki rakyat demi kepentingan ekonomi semata. Investasi tentu saja
penting tetapi keutuhan ekologi dan kaitannya dengan sosial ekonomi juga tak
bisa dinafikan.
Pada intinya keadaan ekologi di Sumatera Utara yang kini
sudah mulai diwarnai perusahaan ekstraktif di berbagai daerah seperti Tapanuli
Selatan dan Kabupaten Dairi memerlukan perhatian serius dengan memakai
perspektif kerakyatan yang berkeadilan bagi ekologi dan ekosistem sehingga
keadilan dan perdamaian serta keutuhan ciptaan bisa mewujud untuk kesejahteraan
rakyat, sebab begitulah semestinya semangat Pancasila dimaknai. Sebagai kaum intelek Kristen dibutuhkan 3H untuk bisa
memahami situasi ekologi dan mendorong terwujudnya ekologi yang berkeadilan
yakni : Head (berpikir dan mengkaji);
Heart (Hati yang tergerak oleh nurani dan kasih); serta Hands
(tangan yang mau mengambil tindakan dan aksi membela rakyat). Dengan setia
dan tekun melakukan kajian dan menggeluti literasi dan referensi tentang
keutuhan ciptaan ini diharapkan hati nurani akan tergerak dengan informasi
faktual dan aktual sehingga melahirkan pemuda Kristen yang siap aksi dan
menyadari siapa yang pantas dibela.
“Apa guna punya ilmu
tinggi
Kalau hanya untuk
mengibuli?
Apa guna banyak baca
buku
Kalau mulut kau
bungkam melulu?”
(Wiji Thukul)